Menjawab bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Untuk menjaga komitmen kehambaan yang diikrarkan tersebut, maka Allah Swt. memerintahkan manusia setelah lahir sampai akhir hayatnya, agar menghadapkan wajahnya kepada agama yang lurus sebagai fitrah kehambaannya, sebagaimana Firman Allah swt. dalam Q.S. al-Rum (30) ayat 30,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemahnya: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Fitrah manusia sebagaimana telah diciptakan Allah, pada dasarnya tidak ada perubahan baginya. Namun, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, fitrah itu dikaburkan oleh berbagai faktor kehidupan manusia setelah datang ke dunia ini. Agar fitrah itu tetap dalam kondisinya semula, diperlukan adanya faktor yang mendukung dan mengarahkan perkembangan stabilnya, sehingga fitrah manusia itu mengarah kepada kecenderungan kebutuhan alami yang diterima, yakni kebutuhan sejak manusia masih di alam arwah dan dibawa sejak lahirnya ke dunia, yaitu kecenderungan terhadap tauhid dan agama haq.
Menurut Hamka, fitrah dalam mengesakan Allah inilah semurni-murninya dalam jiwa manusia. Jika di dunia ini ada manusia yang membantah keberadaan Allah, sungguh manusia itu sebenarnya telah membantah jiwa murninya sendiri.
Fitrah manusia yang mengakui bahwa dirinya diciptakan oleh Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana, dengan sendirinya menjadikan manusia itu insaf dan sadar tentang kelemahannya. Hanya Allah Yang Maha Kuasa.
Manusia yang memiliki jiwa murni atau terjaga fitrahnya, tentu akan tunduk di hadapan Kekuasaan Allah. Dalam ketundukan itu, manusia patuh atas apapun yang diperintahkan Allah. Dan manusia yakin, tunduk dan patuh pada ajaran Allah akan membawa dirinya pada keselamatan di dunia dan akhirat. Tunduk, patuh, dan selamat inilah dalam bahasa Arab disebut dengan Islam. Dengan kata lain, makna Islam itu berarti kepasrahan atau ...